Artikel ini kami ambil sepenuhnya dari komunitas bambu, kebetulan saya ikut tergabung didalamnya walau hanya sekedar anggota grup di jejaring sosial facebook.
FILOSOFI BAMBU
Allah mengajarkan kita
untuk menengok sekeliling dan belajar dari alam semesta. Allah sendiri
dalam al-Qur’an mengungkapkan contoh dan perumpamaan, mulai dari semut,
laba-laba, lebah hingga nyamuk. Allah juga tidak malu untuk bersumpah
demi nama buah-buahan: tin dan zaitun.
Apakah yang bisa
kita pelajari dari sebatang bambu? Perlihatkan akarnya. Ia menghunjam ke
dalam bumi, kuat tetapi lentur. Mari kita lihat struktur pohonnya.
Ketika masih muda dan pendek, ia tegak. Tetapi semakin tua dan tinggi,
semakin dia merunduk. Lihatlah lingkungan sekelilingnya. Ia bisa tumbuh
di semua tempat, bahkan yang paling gersang. Akar bambu menghunjam kuat
karena ia adalah hasil dari proses yang panjang.
Empat
tahun pertama ditanam, hampir tidak ada pertumbuhan di atas permukaan
bumi. Tetapi di bawah permukaan bumi, akarnya merambat dan membentuk
jaringan akar yang kukuh. Setelah batangnya melesat ke atas, tidak ada
seorang pun yang bisa mencabut akarnya, tetapi hanya mampu memotong atau
menggergaji batangnya. Akarnya tetap kukuh dan tidak bisa dicabut. Ini
memberikan pelajaran, apa pun yang berakar kuat, baik itu iman,
keyakinan atau lainnya, tidak bisa dicabut keluar. Dan proses
pembentukan akar yang kuat itu memerlukan waktu yang lama, yang
memerlukan kesabaran dan keteguhan. Namun, keteguhan itu tidak
mengurangi kelenturan dan keluwesannya.
Bambu juga
menunjukkan kerendahatian. Semakin tinggi seseorang, baik dalam ilmu,
materi, maupun status sosialnya, ia semakin merunduk karena ia tidak
akan pernah lupa akarnya yang menghunjam ke bumi. Ia sadar bahwa
asal-usulnya dari bumi, dari tanah, dan bersyukur atas nikmat yang
diberikan Allah kepadanya. Selain itu, bambu juga mengajari kita untuk
selalu memberi nilai guna dalam setiap hidup kita. Ketika masih berupa
tunas, bambu menjadi rebung yang nikmat untuk dibuat sayuran. Ketika
membesar, bambu menyediakan diri untuk dijadikan bahan membuat bangunan.
Marilah
di bulan baik ini, kita membuka hati dan pikiran kita agar lebih
reseptif menangkap pelajaran dan ayat-ayat Tuhan di sekeliling kita,
termasuk dari bambu ini.* (Dr. Ali Masykur Musa: Pesan-Pesan Moral Islam. Lingkungan Hidup, Kesalehan Sosial, Spiritualitas. Agustus 2011)
Sumber Artikel klik gambar ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar